Selasa, 25 Februari 2014

Rusia tawarkan smelter sampai nuklir buat Indonesia

dhikainfo21.blogspot.com/
MERDEKA.COM. Delegasi Federasi Rusia bertandang ke Indonesia, menggelar Sidang Komisi Bersama ke-9 untuk penguatan kerja sama bilateral di lima sektor. Beberapa proyek unggulan yang jadi poin pembahasan utama adalah pembangunan smelter bauksit, kereta batu bara, pengembangan industri pesawat terbang, hingga proposal proyek pembangkit nuklir.

Pemimpin delegasi Rusia adalah Wakil Perdana Menteri Dmitry O. Rogozin. Dia menilai, pengusaha dari negaranya sangat antusias menanamkan modal di Indonesia. Kerja sama bahkan bisa dikembangkan ke sektor teknologi tinggi, karena persahabatan kedua negara sangat erat.

"Tidak ada persaingan di bidang apapun antara Rusia-Indonesia, kita bukan merupakan lawan dalam perkembangan geopolitik di Asia Pasifik," ujarnya dalam jumpa pers seusai sidang komisi di Jakarta, Selasa (25/2).

Atas dasar itu, Rusia tidak keberatan bila diminta menanamkan modal di sektor yang butuh alih teknologi. Rogozin mengingatkan, Negeri Beruang Merah ini bersedia mengalihkan sebagian industri strategis mereka di Indonesia.

Misalnya alat navigasi hingga tak terkecuali pengembangan instalasi nuklir untuk energi.

"Federasi Rusia memiliki teknologi aman di bidang energi nuklir. Artinya pihak kami bersedia menawarkan sejauh pihak Indonesia menerima usulan-usulan kami," kata Rogozin.

Proyek yang sudah resmi akan dijalankan tahun ini oleh perusahaan Rusia di Indonesia adalah pengembangan smelter di Kalimantan Barat oleh Rusal dengan PT Arbaya Energi. Ada pula pengembangan kereta batu bara. Nilai dua proyek itu berkisar antara USD 5-6 miliar.

Tak cuma menawarkan komitmen investasi, Rogozin sebaliknya mengundang investor Indonesia untuk menanamkan modal di negaranya. Di kawasan industri itu, bisa dikembangkan bisnis agro maupun manufaktur.

"Pemerintah kami membuka bagian timur Rusia untuk kerja sama dari negara-negara Asia Pasifik," tandasnya.

Tahun lalu, perdagangan kedua negara baru mencapai nominal USD 3,34 miliar. Kedua delegasi sepakat menggenjot volume perdagangan agar mencapai USD 5 miliar pada 2015.
Sumber: Merdeka.com

0 komentar:

Posting Komentar