TEMPO.CO, Kupang - Cuaca buruk yang melanda wilayah
Nusa Tenggara Timur (NTT) dua pekan terakhir ini menyebabkan
pendistribusian bahan bakar Minyak (BBM) untuk melayani kebutuhan
listrik di pulau-pulau kecil di provinsi itu terhambat. Tidak ada kapal
yang bisa berlayar ke sana.
Di Pulau Rote yang berbatasan
dengan Australia, misalnya, stok BBM jenis solar untuk mesin pembangkit
listrik mulai menipis. Akibatnya, persediaan yang ada hanya cukup untuk
kebutuhan hingga Kamis, 30 Januari 2014. "Stok solar untuk listrik di
Rote hanya cukup untuk tiga hari ke depan," kata Humas PLN wilayah NTT,
Paul Bolla, kepada Tempo, Rabu, 29 Januari 2014.Menurut Paul, PLN sudah melakukan koordinasi dengan syabandar agar bisa mengirimkan BBM ke pulau tersebut. Namun, syahbandar tidak mengizinkan untuk melakukan pelayaran karena kondisi cuaca yang masih buruk. "Kami juga sudah meminta pemerintah setempat untuk mencari solusi mengatasi keterbatasan solar," ujarnya.
Selain meminta kebijakan syahbandar, PLN juga telah meminta izin kepada administrator pelabuhan (adpel) agar ada kapal yang mengangkut solar ke Pulau Rote. Namun, permintaan itu ditolak dengan alasan cuaca.
Paul mengatakan PLN Rote membutuhkan 11 ton solar per hari untuk melayani kebutuhan listrik di pulau itu. Saat ini stok solar di PLTD Ba'a, ibu kota Kabupaten Rote Ndao, hanya tersisa 43 ton. "Kami hanya bisa berharap cuaca segera membaik agar PLN bisa menambah stok solar di Rote," ucapnya.
Mengantisipasi cuaca buruk yang masih melanda NTT, PLN berencana meminjam stok solar milik pihak ketiga yang ada di Rote agar listrik tetap menyala. "Kami juga terus berupaya agar bisa menyalurkan solar ke pulau itu," tutur Pau.
Upaya lain adalah melakukan pengiriman solar menggunakan kapal yang lebih besar langsung dari Surabaya, Jawa Timur. Jika tidak, maka PLN akan mengurangi jam nyala listrik dari 24 jam menjadi 20 jam atau 18 jam per hari. Pengurangan jam nyala bisa dilakukan sejak jam 01.00 Wita hingga 07.00 Wita.
0 komentar:
Posting Komentar